-
0 Komentar
Borneo Historical Community (BHC) menggelar program edukatif BHC Goes to School bertempat di SMA Negeri 2 Banjarmasin dengan tema “Membangun Kesadaran Sejarah melalui Situs Bersejarah di Banjarmasin.”
Kegiatan ini dimulai dengan pemaparan mengenai BHC, mulai dari sejarah terbentuknya komunitas ini, visi dan misi komunitas, hingga berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk program BHC Goes to School yang bertujuan untuk melibatkan pemuda sebagai agen pelestarian sejarah lokal.
Dalam sesi utama, peserta diajak mengenal lebih dekat sejumlah situs bersejarah penting di Kota Banjarmasin yang menjadi saksi perjalanan lintas zaman. Lima pemateri dari BHC menyampaikan materi dengan semangat dan narasi yang menginspirasi:
Masjid dan Makam Sultan Suriansyah disampaikan oleh Hadirat, menggambarkan jejak awal Islam di Banjarmasin dan peran Sultan Suriansyah dalam sejarah Kerajaan Banjar.
Klenteng Soetji Nurani disampaikan oleh Hassel, menjelaskan keberagaman budaya dan akulturasi yang telah berlangsung ratusan tahun di kawasan Pecinan.
Gereja Katedral Banjarmasin dipresentasikan oleh Fajar, membahas sejarah perkembangan agama Kristen dan arsitektur kolonial di kota ini.
Museum Waja Sampai Kaputing dijelaskan oleh Rezaldi, mengajak siswa mengenal perjuangan rakyat Kalimantan Selatan melawan penjajahan.
Masjid Sabilal Muhtadin dipaparkan oleh Aulia, mengulas latar belakang pembangunan masjid megah tersebut sebagai ikon spiritual dan arsitektural Banjarmasin.
Untuk menambah semangat dan antusiasme, kegiatan ini juga diisi dengan game interaktif seputar materi hari ini, yang diikuti dengan antusias oleh para siswa. Pemenang mendapatkan hadiah, serta seluruh peserta menerima kenang-kenangan dari BHC sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka.
Dalam sambutannya, Ketua Umum BHC, Fathurrahman, menyampaikan harapannya atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Kami berharap melalui kegiatan BHC Goes to School ini, para pelajar dapat semakin mengenal dan mencintai sejarah daerahnya sendiri. Dengan memahami sejarah lokal, mereka akan memiliki identitas dan kesadaran kebudayaan yang kuat sebagai generasi penerus bangsa,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama dan semangat kolaboratif untuk melanjutkan gerakan pelestarian sejarah lokal di kalangan generasi muda.























